Cirebon yang berada di jalur Pantura bisa dijadikan titik perhentian manakala mudik ke "Jawa". Isilah jeda perjalanan Anda dengan wisata budaya atau kuliner yang ada di wilayah ini. Salah satu yang harus Anda sambangi adalah Keraton Kasepuhan.
Di Cirebon ada banyak keraton: Kasepuhan, Kanoman, Cirebon, dan Keprabon. Dari keempat itu, Kasepuhan termasuk yang terawat, termegah, luas,dan menyimpang banyak barang dan cerita sejarah. Lokasinya berada di koordinat S6o43'38.3"E108o34'15.0". Cukup mudah ditemukan karena Pemda Cirebon melengkapi kotanya dengan rambu-rambu yang jelas. Jika bingung tanya saja ke warga sekitar.
Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang dikeramatkan yaitu kereta Singa Barong. Kereta ini saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan. Juga lukisan Sunan Gunung Jati yang memiliki keanehan. Apa itu? Pemandu wisata yang berbusana beskap dan blangkon mirip abdi dalem di Keraton Yogya atau Solo akan menjelaskannya untuk Anda.
Untuk masuk ke keraton ini Anda diharuskan mendaftar di sebuah rumah tak jauh dari pintu gerbang. Lalu seorang pemandu akan menemani Anda menjelajah setiap sisi bangunan keraton. Keraton ini didirikan pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II, yang merupakan cicit dari Sunan Gunung Jati. Ia menggantikan tahta dari Sunan Gunung Jati pada tahun 1506 dan tinggal di dalem Agung Pakungwati Cirebon. Keraton Kasepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati, sedangkan Pangeran Mas Mochammad Arifin bergelar Panembahan Pakungwati I. Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Keraton Pakungwati ini yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.
Salah satu yang menonjol dari bangunan ini adalah bata merah yang digunakan sebagai tembok. Itu di bagian luar. Sedangkan bangunan di bagian dalam didominasi warna putih. Yang khas dari bangunan di dalam adalah banyaknya porselen yang menghiasi tembok. Porselen buatan Eropa dan Cina itu membuktikan betapa dulu Cirebon menjadi jalur perdagangan yang penting.
Keluar dari bangunan utama, sebelum masuk ke museum, pemandu biasanya akan menunjukkan sebuah tempat saat seorang anak kecil dari Kalimantan berpotret. Latar belakang yang dipotret adalah sebuah kolam kecil yang tak terawat sebenarnya. Namun bukan itu yang menarik. Setelah foto dicetak, dari dalam kolam ini muncul buaya putih! Foto yang sudah diperbesar menjadi 10R bisa disaksikan di rumah tempat kita mendaftar tadi.
Banyak yang bisa dilihat dari koleksi museum keraton. Hanya saja, yang cukup mengganggu adalah orang-orang yang "setengah memaksa" meminta uang kebersihan dengan menaruh selembar uang di setiap barang yang akan kita lihat. Saya sempat melihat aksi seorang petugas kebersihan ini saat menaruh uang dengan dibebani batu lalu begitu pengunjung mendekat meminta uang kebersihan. Meski Anda bisa menolaknya, namun tentu membuat konsentrasi Anda terganggu. Entah, mengapa pihak keraton tidak sekalian meminta uang kebersihan atau apa namanya di saat kita mendaftar.
Setelah melihat dua keraton lainnya, Kanoman dan Cirebon, memang Kasepuhan merupakan keraton yang megah dan terawat.
Selamat berlibur di Cirebon. Silakan mampir di Keraton Kasepuhan dan siapkan uang receh jika tak mau terganggu ulah "petugas".