Inilah Pria Yang Mampu Hidup Tanpa Uang-BAGI sebagian orang, uang merupakan benda penting dalam menunjang kehidupan mereka. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Mark Boyle. Pria asal Irlandia itu memilih hidup tanpa uang dan hanya memanfaatkan alam sebagai penunjang kehidupannya.
Kisah Boyle, 31, ini memang diluar dari kebiasaan sama sekali. Disaat fasilitas hidup yang ia miliki sangat cukup, Boyle memutuskan untuk meninggalkan semuanya dan lebih memilih belajar dan tinggal hanya dengan mengandalkan alam.
Semua keputusan Boyle itu berawal dari perbincangannya dengan seorang sahabat di sebuah pub, 2008 silam. Bersama sahabatnya, Boyle membicarakan tentang semua masalah yang kini melanda di dunia, seperti upah rendah, kerusakan lingkungan, peternakan, pengujian terhadap hewan dan perusakan sumber daya. Dari pembicaraan itu, Boyle menyadari kalau semua masalah yang kini terjadi itu sangat berhubungan dengan uang.
Setelah berpikir cukup lama, November 2008 Boyle akhirnya memutuskan untuk mencoba menjalani kehidupan baru dimana ia bisa hidup tanpa uang.
"Saya menghabiskan semua uang dan tabungan saya. Saya menjual rumah kapal saya di Bristol dan keluar dari pekerjaan di suatu perusahaan makanan organik," kata Boyle. "Setelah saya melepas semua harta saya, saya kemudian membuat daftar barang-barang apa yang saya butuhkan dan mencoba mencarinya dengan cara lain," ujar Boyle sambil menceritakan kalau ia membuat pasta gigi dari campuran tulang sotong dan biji adas liar.
Selain membuat barang-barang yang ia perlukan dari alam, Boyle juga mencoret barang-barang hiburan seperti iPod dari daftarnya. "Burung-burung di pohon-pohon di dapur saya telah menjadi iPod baru saya," ujarnya. Telepon selular yang miliki hanya untuk panggilan masuk saja sementara laptop nya bertenaga surya.
Untuk tempat tinggal, Boyle memilih karavan sebagai tempat istirahatnya. Karavan yang ia dapatkan dari Freecycle (uk.freecycle.org) itu diparkir di sebuah pertanian organik di dekat Bristol, Inggris, di mana Boyle bekerja sebagai sukarelawan tiga hari seminggu.
Awalnya Boyle merasa sulit dengan hidup barunya itu. Dia yang biasanya mencuci dengan mesin, kini harus mencuci pakaian dengan tangan di air yang dingin pula. Waktu 30 menit yang biasa ia habiskan saat mencuci dengan mesin kini menjadi lama, yaitu menjadi 2 jam. Untuk deterjennya, Boyle membuatnya dari rebusan kacang.
Dengan semua kesulitan itu Boyle sempat mencoba hidupnya itu hanya setahun saja. Namun kemudian ia menjadi biasa dan malah menikmati gaya hidupnya dan akan terus hidup seperti itu. "Saya belum pernah bahagia dan sebugar saat ini," ujarnya sambil mengatakan kalau kedua orang tuanya mendukung semua keputusannya ini.
Kisah Boyle, 31, ini memang diluar dari kebiasaan sama sekali. Disaat fasilitas hidup yang ia miliki sangat cukup, Boyle memutuskan untuk meninggalkan semuanya dan lebih memilih belajar dan tinggal hanya dengan mengandalkan alam.
Semua keputusan Boyle itu berawal dari perbincangannya dengan seorang sahabat di sebuah pub, 2008 silam. Bersama sahabatnya, Boyle membicarakan tentang semua masalah yang kini melanda di dunia, seperti upah rendah, kerusakan lingkungan, peternakan, pengujian terhadap hewan dan perusakan sumber daya. Dari pembicaraan itu, Boyle menyadari kalau semua masalah yang kini terjadi itu sangat berhubungan dengan uang.
Setelah berpikir cukup lama, November 2008 Boyle akhirnya memutuskan untuk mencoba menjalani kehidupan baru dimana ia bisa hidup tanpa uang.
"Saya menghabiskan semua uang dan tabungan saya. Saya menjual rumah kapal saya di Bristol dan keluar dari pekerjaan di suatu perusahaan makanan organik," kata Boyle. "Setelah saya melepas semua harta saya, saya kemudian membuat daftar barang-barang apa yang saya butuhkan dan mencoba mencarinya dengan cara lain," ujar Boyle sambil menceritakan kalau ia membuat pasta gigi dari campuran tulang sotong dan biji adas liar.
Selain membuat barang-barang yang ia perlukan dari alam, Boyle juga mencoret barang-barang hiburan seperti iPod dari daftarnya. "Burung-burung di pohon-pohon di dapur saya telah menjadi iPod baru saya," ujarnya. Telepon selular yang miliki hanya untuk panggilan masuk saja sementara laptop nya bertenaga surya.
Untuk tempat tinggal, Boyle memilih karavan sebagai tempat istirahatnya. Karavan yang ia dapatkan dari Freecycle (uk.freecycle.org) itu diparkir di sebuah pertanian organik di dekat Bristol, Inggris, di mana Boyle bekerja sebagai sukarelawan tiga hari seminggu.
Awalnya Boyle merasa sulit dengan hidup barunya itu. Dia yang biasanya mencuci dengan mesin, kini harus mencuci pakaian dengan tangan di air yang dingin pula. Waktu 30 menit yang biasa ia habiskan saat mencuci dengan mesin kini menjadi lama, yaitu menjadi 2 jam. Untuk deterjennya, Boyle membuatnya dari rebusan kacang.
Dengan semua kesulitan itu Boyle sempat mencoba hidupnya itu hanya setahun saja. Namun kemudian ia menjadi biasa dan malah menikmati gaya hidupnya dan akan terus hidup seperti itu. "Saya belum pernah bahagia dan sebugar saat ini," ujarnya sambil mengatakan kalau kedua orang tuanya mendukung semua keputusannya ini.
Boyle mengaku, dirinya kadang-kadang frustasi dan mencoba untuk bersosialisasi lagi dengan uang. Terlebih ia dibesarkan di Irlandia Utara di mana bisa mentraktir teman merupakan suatu tanda kejantanan. "Sekarang saya mengundang teman-teman ke karavan saya dan memberi mereka minuman sari buah apel buatan sendiri dan duduk-duduk di sekitar api unggun," aku Boyle yang pada tahun 2007 mendirikan situs justfortheloveofit.org, sebuah jaringan online yang mendorong orang untuk berbagi keahlian atau harta dan kini memiliki 17.000 anggota.
Meski bisa melengkapi kehidupannya dengan alam, satu yang belum ada dalam diri Boyle yaitu wanita pendamping. Boyle yang masih lajang itu mengaku mungkin bisa mendapat pendamping jika ada wanita yang mau hidup dengan cara dia hidup.
"Saya masih lajang saat ini, tetapi karena buku dan blog saya beberapa wanita nampaknya tertarik kepada saya," katanya. "Ya mungkin hanya yang mau tinggal di Karavan dan bersedia hidup tanpa uang yang bisa hidup dengan saya," kata Boyle sambil tersenyum.
Meski bisa melengkapi kehidupannya dengan alam, satu yang belum ada dalam diri Boyle yaitu wanita pendamping. Boyle yang masih lajang itu mengaku mungkin bisa mendapat pendamping jika ada wanita yang mau hidup dengan cara dia hidup.
"Saya masih lajang saat ini, tetapi karena buku dan blog saya beberapa wanita nampaknya tertarik kepada saya," katanya. "Ya mungkin hanya yang mau tinggal di Karavan dan bersedia hidup tanpa uang yang bisa hidup dengan saya," kata Boyle sambil tersenyum.