Apakah feminisme itu hanya berkaitan dengan sisi kodrati soarang wanita yang lembut, halus dan gemulai? Mengapa sekarang banyak wanita yang terpengaruh dengan selogan-selogan emansipasi? Bukankah emansipasi hanya menjadikan wanita terlihat hina karena tidak di eklusivkan oleh sosialnya, sementara Tuhan memuliakan wanita lebih dari para pria. Seperti kutipan dari penuis terkenal La Rose yang pernah berdialog dengan kawan-kawannya:
“Saya rasa wanita zaman sekarang mesti mengubah sifat yang terlalu lembut. Dunia makin keras, tak mungkin wanita dengan kelembutan dapat bertahan.” Cukup panjang lebar kami coba mencari definisi tentang ‘kelembutan; wanita. Akhirnya kami sama-sama menyadari, justru tatkala wanita ‘kehilangan kelembutannya’ saat itu ia kehilangan sesuatu yang amat berharga dalam kehidupannya.
Apabila kita membaca kisah-kisah wanita yang tabah, tegar, maka kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa mereka adalah wanita-wanita yang ‘lembut’. Wanita yang memiliki harga diri karena dia tegar dan tabah, dia tidak kasar dan ankuh. Seakan dia berdiri sendiri terpisah jauh dari sesama wanita lainnya, malah merasa lebih dari sesama manusianya. Hal ini seringkali menimpa wanita yang nampaknya sudah maju dalam karirnya, sudah mandiri, tetapi sesuatu yang paling mendasar dari dalam diri wanita-nya sudah pupus!
Emansipasi sering membuat wanita menjadi tidak menarik lagi, bahkan merugikan kaum wanita. Emansipasi membuat wanita menjadi seperti lelaki.. lelaki yang kasar. Mau tidak mau jika wanita sudah masuk dalam dunia lelaki maka kelembutan mereka berangsur-angsur akan hilang, sifat yang lembut adalah perpaduan antara beberapa sikap hidup, antara lain; pengertian, rasa simpati, murah hati, empati, mau memaafkan, kesabaran , tidak takut menderita, kasih sayang dan masih banyak lagi sikap hidup dan sifat baik lainnya yang membentuk hati dan jiwa wanita.
Seringkali apa yang disebut Feminim hanya diartikan sebagai ciri khas, tetapi sebenarnya ini lebih banyak berkaitan dengan kepribadian yang amat mendasar. Kelembutan bukan keloyoan yang memantulkan sesuatu yang feminim, sebaliknya wanita yang tidak feminim memang kehilangan sesuatu yang amat berharga. Banyak pria yang gembira ketika berteman dengan wanita yang tidak feminim, karena dengan begitu para pria dapat leluasa memperlakukan wanita itu tak ubahnya seperti lelaki. Hal ini banyak sekali terjadi pada wanita karier. Para wanita karier sering merasakan ‘kehampaan’ karena tidak merasakan cinta dari lawan jenisnya.
Wnita yang sudah tidak feminim lagi, tidak segan-segan menantang siapa saja, tak menjadi soal apakah pria atau wanita. Wanita seperti ini berpendapat bahwa ciri khas emansipasi antara lain mereka harus berlawanan dengan lelaki? Inilah masalah yang sering melanda wanita yang merasa amat maju, pintar lalu ia menempatkan dirinya diatas manusia lain!
Ketika logika melawan kuasaNya?