Sekilas mengingat masa lalu, ketika duduk di bangku sekolah. Banyak pengalaman - pengalaman seru yang terjadi pada masa mencari jati diri yang masih labil.
Mulai pertama mengenal arti cinta hingga mencoba mengenali siapa diri ini sebenarnya. Sejak duduk di bangku kelas 1 SD, aku sudah mulai mengenal apa itu perasaan cinta yang membuat hati berbunga - bunga hingga akhirnya mendengar namanya disebut membuat jantung bergetar, apalagi ketemu orangnya, kabur.. Sungguh perilaku diriku yang aneh dan jika saat ini mengingat peristiwa itu, rasanya malu sendiri.
Beranjak ketika duduk di bangku SMP, berbagai pengalaman baru pun berdatangan. Kisah cinta dan persahabatan semakin menambah sedikit arti kedewasaan. Belajar bersosialisasi dengan orang - orang baru dari berbagai daerah dan mencoba memahami perasaan ingin menjalin cinta dengan lawan jenis, tentu saja cinta disaat itu hanyalah cinta monyet. Cinta monyet adalah cinta terindah yang aku rasakan dalam hidup ini, tidak tahu kenapa di dalam darah ini selalu mengalir kebahagiaan cinta.
Perjalanan kisah remajaku semakin lengkap setelah pakaian seragam sekolahku berubah menjadi putih abu - abu. Berbagai pelajaran hidup mulai terkuak secara perlahan. Belajar mengerti arti mengelola keuangan sebagai anak kos dan mencoba meminimalis pengeluaran agar tidak terlalu membebani kebutuhan orang tua.
Sebagai anak SMA aku merasa telah menemukan setidaknya 60% jati diriku yang sebenarnya dan aku pun menyadari 40% jati diriku lainnya akan aku temukan kelak ketika aku telah terjun ke dunia masyarakat. Masih teringat jelas waktu itu ada seorang sahabat mengatakan sebuah pepatah yang tidak aku mengerti hingga akhirnya aku lulus sekolah.
Pepatah tersebut adalah, "Di dalam dunia sekolah, yang kuatlah yang akan menang, tetapi di dunia masyarakat, yang memiliki harta lah yang paling disegani". Setelah aku lulus dari sekolahku, aku mulai mempercayai pepatah yang dulu pernah aku abaikan itu, ternyata dunia masyarakat memang demikian.